JAYANTI, BANTENEKSPRES.CO.ID — SMPN 1 Jayanti kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dengan melaksanakan kegiatan kokurikuler yang diikuti oleh seluruh siswa dari berbagai jenjang.
Kegiatan tersebut dirancang sebagai upaya strategis untuk menjembatani pembelajaran teori di dalam kelas dengan praktik langsung di dunia nyata, sekaligus memperkuat pencapaian Profil Pelajar Pancasila.
Kepala SMPN 1 Jayanti Eko Warso mengatakan, bahwa kegiatan kokurikuler memiliki peran penting dalam proses pendidikan yang holistik. Menurutnya, pembelajaran tidak cukup hanya dilakukan di dalam ruang kelas, tetapi juga perlu diperkuat melalui pengalaman nyata yang dapat membentuk karakter dan keterampilan siswa.
“Kegiatan kokurikuler ini kami rancang sebagai jembatan antara teori yang dipelajari siswa di kelas dengan praktik di kehidupan sehari-hari. Anak-anak tidak hanya memahami konsep, tetapi juga mampu mengaplikasikannya secara langsung,” ujarnya kepada Bantenekspres.co.id, Selasa 23 Desember 2025.
Eko menambahkan, bahwa kegiatan kokurikuler di SMPN 1 Jayanti mencakup berbagai aktivitas edukatif yang terintegrasi dengan mata pelajaran, seperti proyek berbasis lingkungan, kewirausahaan sederhana, penguatan literasi dan numerasi, serta kegiatan sosial yang melatih kepedulian dan kerja sama siswa.
“Kami ingin siswa belajar dengan cara yang menyenangkan, bermakna, dan kontekstual. Dengan kokurikuler, siswa menjadi lebih aktif, kreatif, dan berani mengemukakan ide. Ini sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka,”paparnya.
Ia menekankan, bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian penting dalam membentuk karakter siswa sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Seluruh guru terlibat secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan kokurikuler agar tetap relevan dengan tujuan pembelajaran.
“Melalui kokurikuler, kami menanamkan nilai gotong royong, kemandirian, bernalar kritis, dan kreativitas. Inilah esensi dari Profil Pelajar Pancasila yang ingin kita capai bersama, kami memastikan kegiatan ini tidak berjalan sendiri, tetapi terintegrasi dengan pembelajaran di kelas. Guru berperan sebagai fasilitator, sementara siswa menjadi subjek utama pembelajaran,”ungkapnya.
Eko menuturkan, para siswa terlihat antusias mengikuti kegiatan tersebut. Mereka tidak hanya belajar memahami materi, tetapi juga dilatih untuk bekerja sama, memecahkan masalah, dan beradaptasi dengan situasi nyata. Bahkan, dirinya menilai antusiasme siswa menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan kokurikuler di sekolah.
“Respon siswa sangat positif. Mereka lebih bersemangat, lebih percaya diri, dan mampu menunjukkan potensi yang selama ini mungkin belum terlihat di kelas,”tutupnya. (*)
Reporter : Randy Yastiawan











