CIPONDOH,BANTENEKSPRES.CO.ID– Anggota DPR-RI komisi XIII Fraksi PDI Perjuangan, Marinus Gea, menekankan pentingnya peran relawan dalam menghidupkan nilai-nilai Pancasila di tengah tantangan era digitalisasi.
Hal tersebut ia sampaikan dalam kegiatan penguatan relawan Gerakan Kebajikan Pancasila yang digelar salah satu hotel di kawasan Cipondoh, Kota Tangerang, Senin 29 September 2025 siang WIB. Diikuti oleh 300 peserta terdiri dari berbagai kalangan seperti orang tua, emak-emak dan usia remaja.
Acara ini menghadirkan Direktur Jaringan dan Kebudayaan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Toto Purbiyanto, Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute Karyono Wibowo dan Dosen Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) Ahmad Chumaedy sebagai pembicara Gerakan Kebajikan Pancasila.
Usai kegiatan, menurut Marinus, derasnya arus informasi di ruang digital membuat masyarakat kian jauh dari pemahaman Pancasila. Karena itu, ia mengajak masyarakat dan seluruh relawannya menjadi agen kebajikan yang aktif mengingatkan kembali pentingnya Pancasila sebagai dasar negara dan diimplementasikan dalam berkehidupan sehari-hari.
“Setiap masyarakat, termasuk relawan yang sudah memahami Pancasila harus menjadi agen di era digital, menyampaikan nilai – nilai kebajikan Pancasila di lingkungan terdekatnya, khususnya di Kota Tangerang,” katanya.
Jelas Marinus, pengetahuan tentang Pancasila sebagai dasar negara saat ini sudah mulai tergerus. Dulu, Marinus menyebut orang seusianya termasuk dirinya mendapatkannya pelajaran Pancasila lewat pelajaran di sekolah, perguruan tinggi, bahkan bagi yang masuk birokrasi, ada pendidikan Pancasila.
“Untuk sekarang tantangannya berbeda, karena masyarakat dewasa hingga generasi muda, bahkan anak-anak lebih banyak belajar dari ruang digital,” ujar Marinus.
Ia menambahkan, relawan memiliki peran strategis untuk menyebarkan pesan positif di tengah persaingan global yang semakin ketat dan terkadang tidak sehat. “Harus dimulai dari diri sendiri, keluarga dan tetangga terdekat menumbuhkan sikap empati dan simpati. Berdasarkan kebajikan yang dituangkan di lima sila Pancasila,” tandasnya.
Sementara dalam pemaparannya, BPIP Toto Purbiyanto mengatakan tantangan serta pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi digital, khususnya penggunaan gawai (handphone), membuat masyarakat rentan terhadap penyebaran informasi yang belum tentu kebenarannya hingga dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
“HP sekarang mudah diunggah, mudah di-share, padahal belum tentu benar. Maka kami mengajak masyarakat memperkuat literasi digital, agar tidak mudah percaya hoax, yang dapat memecah belah,” ungkapnya.
Lewat diskusi dan interaktif langsung menurut Toto adalah cara efektif dalam memberikan pemahaman itu, Terlebih Ia menilai masyarakat saat ini cenderung sulit mencerna narasi panjang. Karena itu, penyampaian nilai-nilai Pancasila diarahkan melalui konten kreatif media sosial yang lebih dekat dengan keseharian masyarakat kini.
“Kami mencoba menyampaikan Pancasila, Tidak harus menyebutkan Pancasila secara eksplisit, tapi pesan moral dan nilai kebangsaan bisa disampaikan secara natural lewat berbagai media sosial,” jelasnya. (*)