Persis seperti palawari cening (salah satu nama wilayah). “Ngalayanan (melayani) tapi ilu (ikut) ngasaan (mencicipi),” tambahnya.
Walaupun dalam tahap seleksi mereka melewati serangkaian tes yang menguji integritas dan kompetensi, namun dalam perjalanannya banyak yang oleng (tidak teguh pendirian) akibat godaan, rayuan, bujukan dan iming-iming peserta Pemilu dan Pilkada.
Menurut Ocit Abdurrosyid Siddiq, sebagian dari mereka imannya masih tipis. Sehingga ketika ditawari sejumlah uang untuk melakukan pengamanan. Ada yang masih bisa menjaga integritas, namun tak sedikit yang lupa dengan ikrar yang lantang mereka teriakan saat dilantik, bahwa akan bersikap netral dan profesional.
Akibatnya, pesta demokrasi yang diharapkan bisa terselenggara secara baik dan bermartabat, malah ternoda oleh ulah penyelenggara itu sendiri. Penyelenggara yang berasal dari unsur bukan partai politik ini malah berpolitik praktis.