RANGKASBITUNG,BANTENEKSPRES.CO.ID – Ratusan mahasiswa Lebak dari berbagai elemen dan organisasi bersatu menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor bupati Lebak telah di hari jadi Lebak ke – 197 , Selasa 2 Desember 2025.
Dalam orasinya, mahasiswa menyatakan, HUT Lebak seharusnya menjadi momentum evaluasi, bukan pesta yang menutupi kenyataan. Ketika pejabat sibuk memotong tumpeng dan berpidato, rakyat justru berjuang bertahan hidup dalam situasi yang makin sulit.
“Lebak hari ini genap berusia 197 tahun, tetapi apa yang benar-benar kita rayakan. Apakah jalan yang rusak di hampir semua kecamatan?, apakah ibu hamil yang harus menunggu ambulans yang tak pernah tiba? menunggu ?, atau anak-anak yang putus sekolah karena ruang kelas tak layak dan guru tak tersedia ?,” kata Sapnudi, koordinator aksi, saat orasi.
Menurut dia, di Kecamatan Cigemblong, Cihara, Lebakgedong, Malingping, Wanasalam dan puluhan desa lainnya, warga masih menghadapi jalan berlubang, akses kesehatan minim, kemiskinan kronis, serta pendidikan yang tidak merata.
“Bahkan terdapat 136 desa tertinggal yang hidup dalam kondisi rentan. Ini bukan kesalahan rakyat—ini kegagalan kebijakan dan pengawasan dari seorang Hasbi,” paparnya.
Lanjut dia, Infrastruktur Hancur, Ekonomi Tersedak, Petani tidak bisa menjual hasil panennya karena truk tidak bisa lewat. Pedagang menjerit karena biaya logistik melonjak. UMKM mati pelan-pelan. Pemuda terpaksa merantau karena tidak ada lapangan kerja. Di pasar, harga heras, minyak, obat-obatan naik drastis, tetapi penghasilan tetap rendah. Selaon itu puskesmas tutup pada malam hari. Pustu dan pusdes tidak memiliki tenaga kesehatan. Evakuasi warga harus menempuh perjalanan 3—5 jam ke RSUD.
“Nyawa rakyat Lebak seolah murahan. Ibu hamil, bayi, lansia semuanya dalam risiko karena akses kesehatan jauh dari kata layak,” ujarnya.
Terkiat pendidikan kata dia, angka putus sekolah melonjak dari 22.549 menjadi 33.795 anak—naik hampir 504 anak dalam satu tahun. Banyak sekolah kekurangan guru, fasilitas minim, dan anak- anak lebih memilih membantu orang tua bekerja dari pada sekolah yang tidak memberi harapan masa depan.
Untuk itu, mahasiswa menunutut, perbai total jalan rusak dengan prioritas APBD, pengurangan angka putus sekolah melalui perekrutan guru, fasilitas layak, dan bantuan pendidikan, tingkatkan layanan kesehatan 24 jam untuk desa-desa terpencil dan tertibkan tambang-tambang ilegal yang merusak persendian masyarakat.
“HUT Lebak ke-197 bukan saatnya pesta. Ini saatnya perubahan, keberanian, dan keberpihakan kepada rakyat kecil. Jika pemerintah dan DPRD terus menutup mata, maka sejarah akan mencatat Lebak dibangun bukan dengan kesejahteraan rakyat, tetapi dengan pembiaran,” ucapnya.(*)
Reporter : A Fadilah











