RAJEG,BANTENEKSPRES.CO.ID – SMPN 2 Rajeg, Kecamatan Rajeg, terus melakukan imbauan terkait bullying kepada ssiswa. Hal tersebut, agar siswa terus mengingat bahaya bullying yang dilakukan dan bisa membahayakan mental dan psikologis korban.
Bahkan, pihak sekolah juga akan membentuk tim anti bullying untuk melaksanakan pengawasan di lingkungan siswa agar tidak ada bullying. Selain itu, bullying jangan di anggap remeh dan dianggap bosan dalam lingkungan sekolah. Karena, dampak bullying sangat membahayakan siswa.
Kepala SMPN 2 Rajeg Timing Merawati mengatakan, bahwa bullying jangan di anggap remeh, karena dampak bullying bisa membuat korban sakit psikologis dan juga merusak mentalnya. Bahkan, korban juga bisa melakukan hal yang tidak wajar seperti bunuh diri, melakukan pengancaman, dan depresi.
“Bullying di sekolah adalah prilaku yang tidak di benarkan, karena sekolah bukan tempat untuk melakukan aksi bullying. Maka dari itu, tindakan bullying tidak di bela dan bisa membahayakan kesehatan psikologis dan mental siswa,”ujarnya kepada Bantenekspres.co.id di ruang kelas, Senin 1 Desember 2025.
Timing menambahkan, bahwa pihaknya akan membentuk tim khusus anti bullying di kalangan siswa, hal tersebut agar bisa di cegah dan juga bisa menghalau adanya bullying. Dan pelaku bullying bisa di ketahui, yang selanjutnya bisa dilakukan tindakan agar tidak ada bullying.
“Kami akan buat tim, nantinya tim tersebut akan bisa mencegah adanya bullying. Selain itu, tim khusus anti bullying juga bisa melakukan perlindungan terhadap para korban dan juga bisa menengahi permasalahan yang ada,”paparnya.
Ia menjelaskan, sejauh ini pihak sekolah juga sudah melakukan koordinasi dengan orangtua, bahkan pihak sekolah juga meminta bekerjasama untuk melakukan pemantauan terhadap anaknya saat berada di rumah. Hal tersebut, agar bisa terkontrol dan juga bisa tahu kegiatan mereka saat di rumah.
“Orangtua telah berkoordinasi dengan sekolah, bahkan sudah melakukan sosialisasi agar terus melakukan pemantauan terhadap pergaulan siswa di rumah. Karena, pergaulan di luar sekolah pihak sekolah tidak bisa melakukan pemantauan maka itu pihak sekolah meminta bantuan orangtua,”tutupnya. (*)
Reporter: Randy Yastiawan











