NEGLASARI, BANTENEKSPRES.CO.ID – Penutupan Jalan Haji Dulloh RT 01 RW 02, Kelurahan Kedaung Wetan, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, oleh PT Grand Nirwana Indah sejak 7 November 2025 memicu keresahan warga.
Akses yang sudah digunakan sejak 1978 itu kini ditutup tembok pagar, paving blok yang terpasang di jalan itu di bongkar paksa tanpa sosialisasi. Kondisi ini menyebabkan sekitar 300 kepala keluarga terisolir. Sementara sejumlah pelaku usaha terpaksa menghentikan aktivitasnya.
Dua warga Lala Wira Sanjaya (71) dan Haji Yasin (75), mengungkapkan fakta lapangan yang dinilai sebagai bentuk arogansi pihak perusahaan sebagai pemilik lahan.
Lala Wira Sanjaya menceritakan bahwa Jalan Haji Dulloh bukan akses jalan baru, melainkan akses turun-temurun yang diwariskan salah satu warga untuk digunakan oleh warga sekitar.
“Seingat saya jalan ini sudah ada sejak tahun 1978. Di Google Maps pun masih ada sebagai Gang Haji Dulloh. Ini jalan yang sejak dulu dihibahkan ahli waris untuk jalan warga,” ungkap Lala.
Namun sejak awal November, tepatnya pada 7 November 2025 kemarin jalan itu ditutup tembok dan diputus secara sepihak. Lala menyebutkan penutupan dilakukan perusahaan yakni PT Grand Nirwana Indah tanpa pemberitahuan kepada warga, RT, maupun RW setempat.
“Tahu-tahu saja sudah ditutup. Tidak ada sosialisasi. Waktu kejadian, cuma saya yang berani bertanya apa dasar hukum penutupannya. Kalau memang ada sertifikat, mana sertifikatnya? Sampai sekarang tidak jelas,” ujarnya.
Dampak paling terasa dirasakan pelaku usaha lokal, Haji Yasin pengusaha panggung dan tenda pernikahan yang menggantungkan hidup pada akses keluar-masuk jalan tersebut. Mobil pengangkut tenda dan panggung yang dimilikinya hingga kini tidak bisa melintas sama sekali.
“Usaha saya tenda dan mobil. Kalau begini terus, saya usaha apa? Bisa-bisa mati saya. Mau makan susah. Sejak jalan ini ditutup langsung macet semua saya,” ujar Yasin.
Usaha yang diturunkan keluarganya sejak ia kecil itu kini berhenti total. Mobil yang digunakan untuk mengangkut tenda tidak bisa keluar masuk lagi karena akses jalan satu-satunya itu ditutup total.
“Karyawan saya lima orang ikut berhenti kerja. Kasihan mereka, keluarga mereka juga makan dari situ,” jelasnya.
Warga berharap pemerintah daerah, Wali Kota Tangerang Sachrudin dan DPRD Kota Tangerang dapat segera turun tangan agar konflik ini tidak berlarut dan dapat diselesaikan secara adil, memihak kepada kepentingan masyarakat
“Kami hanya ingin hak akses kami dipulihkan. Jalan ini bukan sekadar tanah, ini urat nadi kehidupan warga. Bagaimana kalau ada warga sakit atau terjadi kebakaran? Ambulans dan pemadam tidak bisa lewat,” kata Lala menambahkan.
Kini, ratusan warga hanya bisa menunggu respons dari pihak perusahaan dan langkah tegas Pemkot Tangerang untuk mengakhiri kebuntuan ini secara adil dan memihak kepentingan masyarakat. (*)










