PONDOKAREN,BANTENEKSPRES.CO.ID – Saat ini telah memasuki musim penghujan. Pada musim ini, berbagai penyakit dapat menyerang tubuh kita, terutama ketika kondisi tubuh sedang kurang sehat. Daya tahan tubuh yang tidak prima akan mempermudah bakteri dan virus berkembang hingga menyebabkan berbagai penyakit.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Premier Bintaro, dr. Christian Hartono, Sp.PD, mengatakan bahwa tubuh harus waspada terhadap serangan penyakit yang muncul saat musim hujan.
“Ada beberapa penyakit yang sering mengintai saat musim hujan, seperti penyakit pernapasan, influenza, batuk, pilek, demam berdarah (DBD), diare, dan lainnya,” ujarnya kepada BANTENEKSPRES.CO.ID, Jumat, 14 November 2025.
dr. Christian menambahkan, selama musim penghujan berbagai penyakit dapat menyerang tubuh. Ia mencontohkan bahwa ketika kita kehujanan, biasanya akan terserang influenza, batuk, pilek, dan penyakit saluran pernapasan lainnya.
“Yang kedua, kalau hujannya tidak terlalu deras, itu bisa memicu demam berdarah (DBD). Lalu yang terakhir itu diare, karena kadang-kadang percikan-percikan air mengotori makanan. Tiga penyakit itulah yang paling sering,” tambahnya.
Menurutnya, penyakit yang paling sering menyerang atau mendominasi saat musim hujan adalah batuk dan pilek (pernapasan). dr. Christian menyebut bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan penularan, termasuk kondisi imun tubuh.
“Pertama dari lingkungan. Mungkin kehujanan, kecapekan. Tidak hanya itu misalnya sekantor ada yang batuk, ya bisa menular, mungkin tidak pakai pelindung seperti masker,” jelasnya.
“Kemudian etika batuk juga penting, harus tutup mulut. Sebenarnya ini penyebab ketularan, anak-anak bisa tertular di sekolah sakit batuk lalu di rumah menular ke ibunya” tuturnya.
Penyuka olahraga sepak bola tersebut mengaku bahwa semua orang bisa terserang penyakit yang sering muncul saat musim hujan, mulai dari bayi hingga dewasa.
“Tapi, menyerang orang tua lebih sedikit karena mobilitas jarang. Biasanya usia kerja. Dari yang paling kecil, usia sekolah, sampai usia kerja. Karena ada kontak, namanya infeksi pernapasan pasti ada kontak. Makanya dulu zaman Covid kita perlu menghindari bertemu orang sehingga tidak ada penularan,” ungkapnya.
Cara menghindari agar tidak terserang penyakit tersebut bergantung pada kondisi tubuh masing-masing. Kita diharapkan tidur cukup, menjaga imunitas, dan mengonsumsi vitamin C.
“Kalau vitamin dari sayur dan buah cukup, mungkin sudah cukup. Tapi kalau kurang, ya mungkin perlu suplemen. Lalu stres dikurangin, tidur cukup. Dan kalau ada orang batuk, kita harus menghindar, serta memakai masker,” jelasnya.
“Sebenarnya yang paling bagus adalah yang sakit memakai masker agar tidak menular ke sekeliling. Lalu untuk kontak, pertama kita harus menghindari keramaian kalau bisa. Kalau ada orang batuk, kita menjauh. Kemudian jaga imun.” tuturnya.
dr. Christian mengatakan, bila setelah 3 hari kondisi belum membaik sebaiknya segera berobat ke dokter. Namun, bila terbiasa minum obat-obatan yang dijual bebas, bisa dicoba terlebih dahulu.
“Kalau sudah minum obat-obatan yang dijual dan tidak membaik, dipersilakan berobat ke dokter sambil dievaluasi. Soalnya kalau demam 1–2 hari, kalau cek laboratorium kadang belum terlalu kelihatan signifikan hasilnya. Tapi bila sudah 3 hari, biasanya dari lab kelihatan akan ada perubahan” ujarnya.
“Kalau turun berarti infeksi virus, kalau naik berarti infeksi bakteri.” ungkapnya.
dr. Christian menambahkan, perubahan suhu membuat tubuh harus terus beradaptasi. Hal ini dapat menurunkan imunitas karena tubuh dipaksa beradaptasi.
“Jadi untuk menjaga imunitas, makan yang bergizi dan jangan cuma karbohidrat. Makan bergizi, ada vitamin, mineral, dan protein. Terus tidur cukup, dan jangan stres karena stres mempengaruhi imun,” jelasnya.
Untuk menjaga daya tahan tubuh, dr. Christian juga menyarankan masyarakat agar rutin berolahraga. (*)











