Belasan Ribu Keluarga Berisiko Stunting, Pemkot Serang Genjot Edukasi dan Bantuan Gizi

Wali Kota Serang Budi Rustandi saat membuka Rapat Koordinasi Tim Percepatan, Pencegahan, dan Penurunan Stunting (P3S) tingkat Kota Serang di Hotel Wisata Baru, Kota Serang 28 Oktober 2025.

SERANG, BANTENEKSPRES.CO.ID – Pemerintah Kota (Pemkot) Serang terus berupaya menekan angka stunting yang masih menjadi perhatian serius. Berdasarkan data terbaru Dinas Kesehatan Kota Serang, terdapat sekitar 15.960 keluarga di Kota Serang yang masuk kategori berisiko stunting, meskipun jumlah anak yang sudah terindikasi stunting hanya sekitar 600 anak.

Upaya percepatan penurunan stunting itu kembali ditegaskan Wali Kota Serang Budi Rustandi saat membuka Rapat Koordinasi Tim Percepatan, Pencegahan, dan Penurunan Stunting (P3S) tingkat Kota Serang di Hotel Wisata Baru, Kota Serang 28 Oktober 2025.

Bacaan Lainnya

“Ini merupakan program pemerintah pusat yang juga menjadi prioritas Pemkot Serang. Kita fokus menurunkan angka stunting, terutama bagi keluarga yang berisiko tinggi,” ujar Budi.

Ia menegaskan, perhatian pemerintah diarahkan pada pemenuhan gizi dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan sehat.

“Anak-anak yang berisiko akan didampingi agar gizinya tetap terjaga. Kami berikan protein, susu, dan dukungan lainnya supaya tumbuh kembang mereka optimal,” tambahnya.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Serang, Anthon Gunawan, menjelaskan bahwa jumlah keluarga berisiko stunting mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

“Kalau tahun lalu sekitar 24 ribu keluarga berisiko, sekarang tinggal 15 ribu lebih. Artinya, ada penurunan yang cukup baik,” jelas Anton.

Penurunan tersebut, kata Anthon, tidak lepas dari meningkatnya akses air bersih dan deklarasi bebas buang air besar sembarangan (BABS) di sejumlah wilayah. Namun, ia mengakui masih ada kecamatan yang perlu perhatian khusus, terutama Kasemen, karena keterbatasan sarana air bersih dan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap sanitasi.

“Di Kasemen masih banyak keluarga dengan risiko tinggi karena akses air bersih sulit. Dulu ada program sejuta jamban, tapi masih ada yang belum dimanfaatkan karena kurang edukasi,” katanya.

Anthon menuturkan, Pemkot Serang saat ini tidak hanya memberikan bantuan berupa sembako, tetapi juga memperkuat edukasi langsung ke masyarakat. Dalam kegiatan P3S kali ini, masyarakat mendapatkan sosialisasi tentang pola hidup sehat, pola makan bergizi, dan pentingnya sanitasi.

“Kami juga memberikan Kartu Identitas Anak (KIA) dan mengedukasi keluarga agar memahami pola asuh dan gizi anak dengan benar. Termasuk bagi calon pengantin melalui program Bimbingan Keluarga (Bimwin) di KUA,” ujarnya.

Menurutnya, pencegahan sejak dini penting dilakukan, terutama bagi pasangan muda agar siap secara fisik dan mental sebelum menikah. “Kami ingin mereka paham pentingnya kesiapan reproduksi, karena banyak kasus stunting berawal dari kehamilan yang belum siap,” tambahnya.

Anthon menekankan bahwa penanganan stunting di Kota Serang dilakukan secara kolaboratif antara pemerintah, dunia usaha, dan lembaga sosial seperti Baznas. Dalam kegiatan kali ini, bantuan yang diberikan berupa beras, telur, dan uang transport, hasil sinergi berbagai pihak.

“Bantuan ini hasil kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, perbankan, dan Baznas. Penanganan stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga tanggung jawab bersama,” tegas Anthon.

Meski begitu, ia mengakui program stunting kini tidak lagi menjadi prioritas nasional, sehingga anggaran dari pusat terbatas. Namun, Pemkot Serang tetap menjalankan program serupa melalui kegiatan lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD). “Anggarannya memang terbatas, tapi masih ada dukungan dari program seperti MBG dan Sekolah Rakyat yang berdampak pada penurunan stunting,” ungkapnya.

Anthon menilai, tantangan terbesar bukan hanya pada aspek infrastruktur, tetapi juga pola asuh keluarga. Banyak orang tua yang belum memahami pentingnya asupan gizi yang seimbang. “Kendalanya di pola asuh. Masih banyak orang tua yang memberi makanan tanpa memperhatikan gizinya. Jadi edukasi gizi dan perilaku sehat jadi kunci utama,” tandasnya. (*)

Pos terkait