BANTENEKSPRES.CO.ID, KOTA TANGERANG–Banyak anak yang menderita nyeri tenggorokan, nyeri saat menelan, serta demam yang tidak terlalu tinggi. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang dr Dini Anggraeni menjelaskan jika anak memiliki gejala seperti di atas, pertanda terserang penyakit difteri.
Ia meminta kepada orangtua untuk waspada. “Penyakit difteri gejalanya, ada infeksi saluran pernapasan akut pada bagian atas, nyeri tenggorokan, nyeri saat menelan, serta demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya di bawah 38,5 derajat Celsius.
Sebanyak 94 persen kasus difteri menyerang amandel dan tenggorokan,” kata dr. Dini. Selain itu, gejala lain yang dapat muncul adalah adanya lapisan tipis berwarna putih keabu-abuan atau kehitaman pada amandel, tenggorokan, sistem pernapasan, atau kotak suara. Lapisan tersebut sulit dilepas dan bisa menimbulkan perdarahan jika diangkat.
“Difteri ditandai dengan peradangan di area infeksi, terutama pada selaput mukosa yang melapisi amandel, tenggorokan, kotak suara, hidung, hingga kulit. Dalam kondisi lebih parah, penderita dapat mengalami kesulitan menelan, sesak napas, hingga pembengkakan leher yang menyerupai leher sapi atau bullneck,” lanjutnya.
Sebagai upaya pencegahan, dr. Dini menegaskan bahwa imunisasi difteri sesuai jadwal program imunisasi nasional menjadi langkah paling efektif. “Imunisasi lengkap sangat penting untuk memberikan perlindungan terhadap difteri dan mencegah penularan di masyarakat,” katanya.
Ia menerangkan, vaksin kombinasi yang dapat mencegah difteri antara lain DPT-HB-Hib, yang juga melindungi anak dari pertusis, tetanus, hepatitis B, meningitis, dan pneumonia akibat Haemophilus influenzae tipe B. Selain itu, ada juga vaksin DT (Difteri-Tetanus) dan TD (Tetanus-Difteri) yang diberikan sesuai jadwal imunisasi.
“Penemuan dan penatalaksanaan dini kasus difteri dilakukan melalui penyelidikan epidemiologi, merujuk pasien ke rumah sakit, perawatan di ruang isolasi, hingga pemberian profilaksis bagi kontak erat. Semua langkah ini penting untuk menghentikan transmisi difteri,” ujar dr Dini. Ia berharap masyarakat semakin peduli terhadap pentingnya imunisasi dan mampu mengenali gejala difteri sejak dini untuk mencegah risiko fatal.
Sementara itu untuk meningkatkan derajat kesehatan anak-anak usia sekolah Dinkes Kota Tangerang melalui 39 puskesmas kembali menggelar kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) kecacingan di lingkungan sekolah dasar. Kali ini, dinkes bersama Puskesmas Gebang Raya yang menggelar POPM kecacingan di SDN Gebang Raya 2, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang, pekan lalu.
Kepala Puskesmas Gebang Raya dr. Andi Hidayat menjelaskan, POPM kecacingan merupakan program rutin yang bertujuan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit kecacingan pada anak-anak usia sekolah yang rentan terhadap infeksi parasit usus.
“Pemberian obat dilakukan secara serentak dan massal dengan tetap memperhatikan keamanan serta dosis yang sesuai bagi anak-anak. Dalam hal ini, puskesmas datang ke sekolah-sekolah melakukan aksi minum obat cacing bersama-sama,” kata dr. Andi. Ia menjelaskan kegiatan ini merupakan bagian dari strategi promotif dan preventif Dinas Kesehatan dalam menekan angka kecacingan di kalangan pelajar.
“Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terkena kecacingan karena kebiasaan hidup bersih belum sepenuhnya terbentuk. Oleh karena itu, program ini sangat penting untuk menunjang tumbuh kembang mereka,” ujarnya.
Selain pemberian obat, tim kesehatan dari puskesmas juga memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan diri, seperti mencuci tangan sebelum makan, menjaga kebersihan kuku dan kebiasaan tidak jajan sembarangan. (adv)