Siswa SD Belum Tepat Dapat Sistem PMM

Platform Merdeka Mengajar (PMM) di tingkat SD tidak efektif dan belum waktunya di terapkan ke siswa SD, karena siswa SD masih butuh asupan Ilmu. Randy/Banteneskpres.co.id

MAUK,BANTENEKSPRES.CO.ID – Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang saat ini ada di sekolah, di nilai kurang efektif dan efisien terhadap guru saat memberikan materi pembelajaran kepada siswa. Pasalnya, guru tidak fokus dan di sibukan dengan administrasi diri serta mengurangi pembelajaran terhadap siswa.

PMM menurut pihak sekolah,tidak tepat sasaran untuk di terapkan di tingkat SD dan SMP. Karena usia anak di SD sampai SMP adalah asupan ilmu dan pengetahuan, jadi tidak tepat jika PMM di terapkan untuk siswa khususnya SD karena belum saatnya dan masih harus menerima asupan ilmu serta pengetahuan dari guru yang mengajar.

Bacaan Lainnya

Kepala SDN Margmulya Sumpena mengatakan, PMM belum saatnya di terapkan di tingkat SD, karena memang siswa SD masih butuh asupan ilmu dan pengetahuan yang luas. PMM lebih ke penekanan riset dan teknologi, yang mana siswa SD di paksakan untuk mengetahui dan belajar dengan cara teknologi.

“Harusnya siswa itu masih harus di bimbing oleh guru, adanya PMM menurut saya tidak efektif untuk bisa di jadikan sistem pengajaran di dunia pendidikan khususnya tingkat SD. Siswa SD harus lebih banyak menerima materi pelajaran yang lebih di banding mereka harus mengerjakan tugas dengan membuat video dan di upload ke medsos dan itu bukan sistem pendidikan di Indonesia untuk siswa SD,”ujarnya kepada Banteneskpres.co.id, Kamis 31 Juli 2025.

Sumpena menambahkan, adanya PMM juga membuat guru menjadi kurang fokus, karena mereka lebih banyak melemparkan tugas dengan sistem online. Padahal, kurikulum 13 sangat bagus untuk pendidikan dan adanya kurikulum merdeka di rasa belum bisa diterapkan kepada guru yang ada di Indonesia khususnya di Kabupaten Tangerang.

“PMM ini juga menyulitkan para guru, bahkan guru sibuk dengan urusan mereka dibandingkan harus memberikan ilmu kepada siswa. Saya rasa, harus di kaji ulang agar kedepannya tidak menimbulkan permasalahan di dunia pendidikan,”paparnya.

Ia menjelaskan, guru juga saat ini mengikuti workshop melalui online, hal tersebut tidak efektif dan tidak bisa menambah wawasan. Harusnya, workshop guru dilakukan dengan cara tatap muka agar mereka bisa paham dan bisa menambah wawasan untuk mengajar.

“Kalau workshop secara online saya yakin para guru tidak akan paham, karena ada keterbatasan. Harapan saya, kedepannya dunia pendidikan atau sistem pendidikan di Indonesia bisa lebih mudah dan tidak menyimpang jauh dari pendidikan. Serta lebih memperhatikan siswa agar siswa paham dan mendapatkan ilmu yang berkualitas,”tutupnya. (*)

Pos terkait