PAMULANG,BANTENEKSPRES.CO.ID – Menteri Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Abdurrahman mengunjungi CV ST Jaya Mandiri, Pamulang Barat, Pamulang, Selasa , 29 Juli 2029.
Kedatangan Abdurrahman dalam rangka penguatan rantai pasok usaha UMKM pada klaster pangan perluasan keterlibatan UMKM dalan program makan bergizi gratis (MBG) di Provinsi Banten.
Dalam kunjungan tersebut Abdurrahman didampingi Wali Kota Benyamin Davnie, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana dan lainnya. Diketahui, CV ST Jaya Mandiri adalah pelaku UMKM menjadi suplier bahan baku makanan ke ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kota Tangsel.
Selain mengunjungi suplier, Menteri Abdurrahman juga mengunjungi SPPG Khusus Lengkong Wetan, Serpong. Menteri Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Abdurrahman mengatakan, pihaknya mendorong pelibatan UMKM sebagai pemasok bahan baku program makan bergizi gratis (MBG).
“Kami telah mengunjungi suplier didaerah Pamulang yang ikut terlibat dalam rantai pasok di dapur MBG di Serpong,” ujarnya sesuai kunjungan kepada wartawan, Selasa, 29 Juli 2029.
Abdurrahman menambahkan, saat berkunjung ke suplier di Pamulang pihaknya berkumpul dengan 500 suplier, baik ikan, sayur, buah-buhan, daging, telur dan lainnya.
“Ada juga 5 UMKM yang berkeinginan jadi suplier dan mereka langsung menjadi supplier. Artinya selain memberikan efek asupan gizi kepada anak-anak juga memberikan efek ekonomi yang sangat besar,” tambahnya.
Menurutnya, MBG adalah program yang luar biasa tapi, program tersebut belum sempurna dan akan terus disempurnakan. “Per hari ini ada 2.390 titik yang terelaisasi, kalau ada 1 isu dan problem saya pikir itu harus dipahami sebagau bagian dari human error dan jangan dianggkap semua program ini gagal,” jelasnya.
Saat berkunjung ke SPPG Lengkong Wetan Serpong, Menteri Abdurrahman juga menempelkan stiker SPPG Ramah UMKM. Tujuannya untuk memotifasi dan mendorong semakin banyak UMKM yang terlibat dalam program tersebut dan semakain banyak masyarakat yang juga mendapatkan kemanfataannya.
“Dukungan dari kementerian untuk mendukung UMKM sehingga bisa terlibat aktif di SPPG adalah melakukan salah satunya pelatihan, bisnis matching. Dari dapur, lalu ada supllier didorong dan dipertemukan dan akan terjadi kontrak kerja. Ada penekanan satu hal tolong kualitas dijaga karena ini unuk anak-anak kita,” ungkapnya.
Menururnya, di BGN juga terdapat mekanisme kontrol yang telah disiapkan, baik dari pemberian sanksi, memanggil dan lainnya. Saat ini total ada 57 juta entitas usaha di Indonesia dan program MBG tersebut akan terbentuk diseluruh Indonesia.
“Contoh di dapur ini keterlibatan supplier luar biasa banyaknya. Artinya dari UMKM kita mendorong keterlibatan 57 juta UMKM yang tersebar di Indonesia agar ikut terlibat. 1 SPPBG minimal melibatkan 15 suplier,” tuturnya.
“Dalam MBG teraebut Presiden Prabowo Subianto memberikan kesempatan dalam pergerakan ekonomi kerakyatan, salah satu bentuknya adalah koperasi dan UMKM.
“UMKM ada yang siap dan ada yang belum siap. Yang sudah siap kita dorong dan yang belum siap kita berikan pendampingan dan tidak ditinggalkan,” tuturnya.
“Penyerapan tenaga kerja dari program ini luar biasa, dari 1 suplier mensuplai sayuran yang sudah dipotong itu melibatkan 15 pekerja sekitarnya. Artinya efeknya terhadap penyerapan tenaga kerja luar biasa,” tutupnya.
Sementara itu, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan, program MBG adalah investasi terbesar untuk sumber daya manusia (SDM) masa depan Indonseia dan dikemas dalam bentuk ekosistem.
“Salah satunya ada SPPG, kedua adalah tempat pertemuan antara suplier dan membeli (BGN). Ada 3.500 penerima manfaat tiap hari, sehingga ada 3.500 kebutuhan telur per hari, lele juga demikian,” ujarnya.
Dadan menambahkan, setiap SPPG mempekerjakan sekitar 50 orang dan diseluruh Indonesia telah terbentu 2.391 SPPG dan sudah menyerap 94.000 tenaga kerja yang bekerja di SPPG.
“Belum yqng bekerja di suplier karena, 1 SPPG membutuhkan 15 suplier, 1 suplier mempekerjakan 5-15 pekerja,” tambahnya.
“Di Kota Tangsel membutuhkan 169 SPPG dan bisa kita hitung kalau 1 SPPG butuh 3.500 telur per hari. Dan dana yang masuk ke 1 SPPG Rp10 miliar per tahun. Kalau 169 SPPG itu hampir Rp2 trilun uang BGN masuk ke Tangsel dan 85 persen untuk membeli bahan baku, sehingga dampak ekonomi akan muncul,” jelasnya.
Dadan mengaku, BGN sudah melayani 7,5 juta siswa diseluruh Indonesia. Bagi Indonesia ini baru 9 persen karena populasi penduduk Indonesia besar 285 juta dan yang diberi target 82 juta.
“Jadi sepertiga penduduk Indonesia kita beri makan dan sekarang baru 7,5 juta. Kalau nanti sudah 82,9 juta penerima manfaat maka setiap hari perlu 82,9 juta ekor lele dan 5.000 ton telur, 100 juta ekor ayam,” jelasnya.
Dadan mengaku, syarat menjadi suplier tentu produknya harus berkualitas, produknya berkelanjutan karena kebutuhanta setiap hari lantaran program tersebut dikemas tiap hari.
“Untuk menjadi suplier langsung berhubungan dengan SPPG masing-masing. Kalau untuk menjadi mitra badan gizi membentuk SPPBG harus daftar di portal mitra.bgn.go.id. kalau jadi suplier sih be to be dan itu mekanisme bisnis, yang penting kualitas dan kuantitas,” tuturnya.
Terkait kualitas, komuditas yang disuplai oleh UMKM saat ini sudah sesuai standar BGN. Contoh ukuran pisang dan ikan lele yang dikirim ukurannya ada ketentuannya.
“1 SPPG ditempatkan 1 ahli gizi karena bagaimana kita ingin mengembangkan menu berbasis potensi sumber daya lokal dan kesukaan masyarakat lokal. Sampai saat ini ada ribuan pelaku usaha yang terlibat dengan BGN, yakni suplier ada 551 koperasi 149 BUMDes, 80 BUMDesma, 3.084 UMKM, dan 2.324 suplier lainnya. Jadi juaranya UMKM,” tutupnya.
Ditempat yang sama, Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, wilayahnya memang membutuhkan dapur MBG yang cukup banyak. “Sekarang baru ada 14 dapur MBG yang harus melayani 157 SD negeri, 25 SMPN dan swastanya hampir dua kali lipat,” ujarnya.
Pria yang biasa disapa Pak Ben tersebut menambahkan, kebutuhan dapur MBG di Kota Tangsel sejatinya sampai 71 dapur dan itu tentu menjadi tantangan bagi Pemkot Tangsel untuk mendirikan dapur.
“Saat ini hampir 50 ribu siswa yang diberikan makanan gratis tiap hari dan ini akan terus berkembang dan sampa saat ini tidak ada yang mengkhawatirkan dalam kaitan dengan MBG di Tangsel karena sistem suplai dan UMKM di Tangsel cukup baik,” tutupnya. (*)
Reporter: Tri Budi