SEPATAN,BANTENEKSPRES.CO.ID – Puluhan masyarakat yang tidak di terima di SMKN 2 Kabupaten Tangerang , kecamatan Sepatan, dalam Sistem Penerima Murid Baru (SPMB), mengelar aksi demo di depan sekolah SMKN 2 Kabupaten Tangerang, Selasa 15 Juli 2025.
Demo tersebut, karena mereka tidak lulus dalam sistem SPMB melalui jalur domisili dan juga jalur afirmasi. Sehingga, puluhan masa tersebut menuding SMKN 2 Kabupaten Tangerang melalukan kecurangan dan tidak ada transparansi siapa saja yang di terima melalui proses SPMB.
Salah satu masa aksi Nurmayanti mengatakan, bahwa dirinya melakukan aksi demo lantaran anaknya tidak di terima di sekolah tersebut, padahal jarak tinggal antara rumah dan sekolah sangat dekat kenapa dalam jalur domisili tidak di terima.
“Saya sangat kecewa, kenapa anak saya tidak di terima. Padahal rumah saya jaraknya 50 meter dari sekolah, harusnya bisa di terima. Kalo di lihat banyak siswa dari luar kecamatan Sepatan di terima kenapa kami yang dekat dengan sekolah tidak di terima,”ujarnya kepada Bantenekspres.co.id, Selasa 15 Juli 2025.
Hal senada juga di sampaikan Bambang salah satu orangtua siswa yang anaknya juga tidak di terima di SMKN 2 Kabupaten Tangerang, dirinya kesal karena beberapa kali untuk melakukan komunikasi dengan pihak sekolah Idak di respon. Padahal, banyak jalur Domisili yang tidak di terima oleh sistem SPMB di SMKN 2 Kabupaten Tangerang.
“Selama proses SPMB saya pantau, saat daftar dan sampai seleksi saya cek terus. Tetapi, hampir selesai nama anak saya hilang di jalur domisili. Kalau bicara aturan domisili saya dekat jaraknya tidak jauh jangkauannya. Pihak sekolah di ajak duduk bersama tidak pernah ada respon dan tidak ada titik temu,”paparnya.
Sampai berita ini di muat, Bantenekspres.co.id belum bisa komunikasi dengan pihak sekolah untuk meminta konfirmasi. Bahkan, kepala sekolah SMKN 2 Kabupaten Tangerang tidak bisa di hubungi baik via chat WhatsApp ataupun telpon WhatsApp.
Pantauan di lokasi, adanya demo tersebut sempat membuat macet jalan di depan SMK 2 Kabupaten Tangerang. Masa aksi masih bertahan, untuk meminta kejelasan dari pihak sekolah. (*)
Reporter: Randy Yastiawan