MPLS 2025 Dimulai, Warga Tetap Blokir Akses Menuju SMAN 3, SMAN 6 Tangsel dan SMPN 14 Tangsel

Warga Perumahan Pamulang Permai menutup akses jalan menuju SMAN 6 dan SMPN 17 Kota Tangsel. Foto: Miladi Ahmad

PAMULANG,BANTENEKSPRES.CO.ID – Warga yang tinggal di Perumahan Pamulang Permai, Pamulang masih masih menyegel atau menutup akses menuu SMAN 6 Kota Tangsel dan SMPN 14 Kota Tangsel.

Penutupan akses tersebut dilakukan dengan menggembok pasar gerbang yang ada di komplek perumahan tersebut. Warga awalnya menutup atau menggembok pagar tersebut dan hanya bisa dilalui jalan kaki dari sisi kanan gerbang namun, sejak Senin, 14 Juli 2025 pagi pagar dibuka sekitar 50 cm, sehingga bisa dilalui pejalan kaki.

Bacaan Lainnya

Penutupan gerbang tersebut lantaran ada 8 orang anak warga sekitar yang tidak diterima di SMAN 6 Kota Tangsel. Meskipun mulai Senin, 14 Juli 2025 masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) sudah mulai.

Namun, gerbang yang tadinya ditutup atau digembok sekarang dibuka sekitar 50 cm dan dikat menggunakan rantai besi. Gerbang ajau akses menuju sekolah ditutup sebagai bentuk kekesalan warga terhadap pihak sekolah, Dinas Pendidikan dan Provinsi Banten dan proses SPMB 2025.

Ketua RT 3, RW 10 Kelurahan Pamulang Barat, Pamulang Fery Kamil mengatakan, sampai saat ini ada 8 anak yang orangtuanya tinggal disekitar SMAN 6 Tangsel namun, tidak diterima.

“Warga meminta prioritas dari keputusan RW dan RT kita mengirimkan surat dan minta prioritas agar anak-anak diterima disini dengan pertimbangan sejarahnya dulu dan komitmen dahulu,” ujarnya kepada wartawan, Senin, 14 Juli 2025.

Fery menambahkan, warga sekitar minta kebijaksanaan atau kearifan lokal namun, hal itu itu tidak dipedulikan oleh pihak sekolah maupun dinas pedidikan. “Menurut kepala sekolah pihaknya tidak berani intervensi karena itu kebijakan dinas,” tambahnya.

Menututnya, Senin, 14 Juli 2025 adalah hari pertama tama tahun ajaran baru tapi, gerbang masih ditutup dan dibuka hanya untuk bisa pejalan kaki saja.

“Ditutup sampai masalah ini selesai dan diterima 8 orang ini. Warga disini belum diakomodir dan warga berharap bisa komunikasi yang baik anatar pihak sekolah dan dinas pendidikan,” ungkapnya.

Menurutnya, warga pada Sabtu, 12 Juli 2025 kemarin diundang oleh Kelurahan Pamulang Barat untuk pertemuan mediasi dengan sekolah dan itu atas permintaan pihak SMAN 6 Tangsel.

Hasil pertemuan tersebut ada dihasilkan benerapa point kesepakatan. Seperti disipekati dengan membuka sebagian gerbang untuk akses menuju sekolah. Kemudian guru atau siswa yang membawa kendaraan harus parkir diluar lingkungan perumahan.

“Kalau 8 anak warga sini tidak diterima juga kita akan tetap menutup atau merantai gerbang. Kita hanya menuntut hak kita apa yang bisa dilakukan,” tuturnya.

Fery mengaku, dari 8 orang yang tidak diterima di SMAN 6 Tangsel sebagian sudah didaftarkan oleh orangtuanya ke sekolah lain. “Tapi, setahu saya ada 2 orang yang belum dapat sekolah dan tetap berharap bisa sekolah di SMAN 6 Tangsel,” ungkapnya.

“Ini sekolah didepan mata, dan ada anak-anak sekitar tidak bisa sekolah disini. Kalau nantinya ada kabar dari SMAN 6 Tangsel dan diterima maka anak-anak yang sudah diterima disekolah lain tetap akan pindah,” tutupnya.

Sementara itu, warga sekitar SMAN 6 Tangsel Dodi mengaku, anaknya tidak diterima di SMAN 6 Tangsel meskipun jarak rumah dengan sekolah hanya sekitar 300 meter.

“Nilai ujian anak saya 9 koma sekian tapi, nilai raportnya yang 8,9. Nilai raportnya tidak objektif, artinya nilai itu bisa tinggi tergantung kedekatan orangtua dan guru.
Dengan menambah elemen nilai raport dalam SPMB tidak pas, yang lebih tepat tes ditempat supaya terbuka,” ujarnya.

Dodi menambahkan, meskipun tidak diterima di SMAN 6 Tangsel namun dirinya tidak mendaftarkan anaknya ke sekolah lain. Dirinya masih berharap anaknya tetap diterima di SMAN Tangsel.

“Anak saya sampai sekarang tidak daftar kesekolah lain dan tetap berharap dapat sekolah SMAN 6 Tangsel,” tutupnya

Pantauan Banten Ekspres di lokasi, jarak gerbang yang ditutup warga dengan SMAN 6 Tangsel jaraknya sekitar 200 meter. Didepan SMAN 6 Tangsel juga terdapat SMPN 17 Kota Tangsel.

Saat pagi hari, depan gerbang Perumahan Pamulang Permai ramai dan sempat terjadi kemacetan. Hal tersebut lantaran banyak kendaraan yang berhenti di depan gerbang lantaran orangtua mengantarkan anaknya sekolah. Anak-anak harus jalan kaki sekitar 200 meter menuju sekolah.

Akses menuju sekolah juga masih diblokir warga disekitar SMAN 3 Kota Tangsel. Warga bersikeras tetap menutup akses menuju sekolah tersebut lantaran ada 34 anak warga sekitar yang tidak diterima.

Warga tetap menuntut dan bersikeras tidak akan membuka portal yang dipasang jika anak-anak warga sekitar tidak diterima.

Ditempat terpisah, Kepala SMAN Kota Tangsel Aan Sri Analiah mengatakan, hari pertama MPLS tidak ada kendala namun hanya ada kendala akses menuju sekolah yang masih diportal oleh warga.

“Tapi, anak-anak bisa masuk dan kita imbau orangtua anak-anak tidak diperbolehkan bawa kendaraan,” ujarnya.

Aan menambahkan, pihaknya juga melarang siswa kelas 10 membawa kendaraan baik roda 2 dan 4. “Untuk kelas 11 dan 12 kita buat surat pemberitahuan bahwa siswa tidak diperbolehkan bawa kendaraan dan cukup didrop dan masuk kesekolah dengan tertib,” jelasnya.

Selain itu, dirinya juga mengimbau guru untuk tidak tidak membawa kendaraan baik roda 2 dan 4. Dan bila terpaksa membawa kendaraan diharapkan parkir ditempat yang aman dan nyaman.

“Soal tuntutan warga saya sendiri hanya melaksanakan tugas sesuai dengan Permendikdasmen dan Pergub sudah dilajukan sesuai aturan itu. Tuntutan Aspirasi warga sudah kita disampaikan ke provinsi dan sudah ada jawaban dan warga tidak bisa diakomodir dan diarahkan daftar ke SMA swasta yang sudah MuO untuk menjadi sekolah swasta gratis,” tutupnya. (*)

Reporter: Tri Budi

Pos terkait