Sekolah Adiwiyata Membudayakan PHBS Sejak Usai Sekolah

Program sekolah Adiwiyata sebagai upaya mengubah perilaku siswa untuk mengurangi produksi sampah.

BANTENEKSPRES.CO.ID–Untuk mengatasi masalah sampah tidak hanya dengan mengangkut dan mengolah sampah. Tetapi dengan mengubah perilaku sejak usia dini. Program sekolah Adiwiyata, salah satu cara membentuk perilaku dari usia sekolah untuk membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sejak dini.

Di program ini, siswa diajarkan memilah dan mengolah sampah. Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang akan terus menggalakkan program ini di semua sekolah. Kepala DLH Kota Tangerang Wawan Fauzi menjelaskan program Sekolah Adiwiyata juga terus dimaksimalkan agar menjadi budaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sejak dini.

Bacaan Lainnya

“Program Sekolah Adiwiyata juga bukan sekadar membiasakan anak-anak untuk peduli dengan kebersihan di sekolah. Melainkan, juga menjadi terbiasa untuk menjaga kebersihan lingkungan sejak dini,” lanjutnya. Perilaku bersih di sekolah, nantinya akan dibawa pulang ke rumah. Sehingga di sekolah dan di rumah para siswa sadar bagaimana mengurangi produksi sampah.

Wawan berharap, di momen HPSN 2025 ini Pemkot Tangerang bersama seluruh masyarakat dapat berkomitmen dan berkolaborasi bersama untuk menjaga kebersihan Kota Tangerang. Sehingga, akan menciptakan Kota Tangerang yang semakin bersih dan nyaman bagi seluruh masyarakat.

“Kami berharap, kita semua dapat menjaga kebersihan lingkungan masing-masing. Mulai dari rumah, kantor, sekolah dan seluruh lingkungan. Mari kita jadikan Kota Tangerang yang semakin bersih, sehat dan nyaman untuk semua,” tutupnya.

Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional pada Jumat (21/2/25), Pemkot Tangerang melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terus melakukan berbagai program untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Tangerang. Pemkot Tangerang telah melakukan beragam inovasi untuk menekan sampah. Seperti Refused Derived Fuel (RDF), Bank Sampah, hingga menyediakan becak motor (bentor) sampah di 104 kelurahan.

 

“Kami juga terus melakukan edukasi kepada masyarakat untuk menekan sampah dari sumber. Sehingga, sampah rumah tangga yang dihasilkan dapat didaur ulang dan tidak sepenuhnya langsung dibuang begitu saja. Pemanfaatan maggot untuk mengurai sampah organik juga termasuk salah satu yang masih terus berjalan,” ungkapnya.

Wawan Fauzi menuturkan, Pemkot Tangerang berhasil merealisasikan terobosan pengelolaan sampah terbaru berupa operasionalisasi tiga mesin Refuse Derived Fuel (RDF) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing. Sebulan beroperasi, RDF Rawa Kucing bahkan telah berhasil memproduksi bahan bakar alternatif dalam jumlah yang signifikan, bahkan mencapai 30 ton bahan bakar anorganik, 20 ton jumputan padat, dan 250 kg produk bernilai ekonomis lainnya.

“Akhir tahun kemarin, kami berhasil mewujudkan terobosan baru berupa operasionalisasi mesin pengolah limbah sampah menjadi bahan bakar alternatif. Terobosan ini sangat luar biasa karena menjadi satu-satunya yang ada di Provinsi Banten,” ujarnya. Tidak hanya itu, Pemkot Tangerang juga mulai merealisasikan kebijakan penyerahan kewenangan pengelolaan sampah dari DLH Kota Tangerang kepada perangkat kewilayahan.

Terobosan baru tersebut dilengkapi dengan penyerahan 208 becak motor (bentor) kebersihan kepada 104 kelurahan yang tersebar di seluruh Kota Tangerang. Bahkan tidak hanya itu, dalam upaya pengurangan sampah, masing-masing kelurahan membentuk 2 Bank Sampah baru yang nantinya akan dibina dan didampingi oleh DLH. (adv)

Pos terkait