Dikeroyok Teman Tiga Hari, Bocah SD Jalani Operasi Usus Buntu

Ilustrasi

BANTENEKSPRES.CO.ID – Siswa kelas 4 di SDN Pematang Warung, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Muhamad Akbar Al Faruq, menjadi korban bullying hingga mendapatkan aksi kekerasan dengan cara dikeroyok selama tiga hari.

Imbas dari keroyokan tersebut, kini korban sedang menjalani operasi usus buntu di Rumah Sakit Krakatau Medika (RSKM) Cilegon, karena terdapat luka pada bagian perutnya yang diduga dipukul.

Bacaan Lainnya

Kerabat Akbar, Abdul Rozak mengatakan, awalnya pada Jumat 1 November 2024 malam, Akbar merintih kesakitan parah pada bagian perutnya, dan langsung dibawa ke RSKM Cilegon.

Ketika ditanyai kedua orangtuanya, Akbar mengaku sering mendapatkan bullying dan aksi pemukulan oleh temannya, yang dilakukan selama tiga hari berturut-turut, sejak Rabu 30 Oktober hingga Jumat 1 November 2024.

“Akber sering mendapatkan bullying dari teman sekolahnya, yang berujung pada aksi kekerasan dan Akbar mengaku dipukuli temannya pada bagian perutnya. Mirisnya aksi ini, berlangsung selama tiga hari dan puncaknya malam Sabtu itu, Akbar merintih kesakitan parah dan sudah dibawa ke rumah sakit,” katanya kepada wartawan melalui telepon seluler, Selasa 5 November 2024.

Rozak mengatakan, dari pengakuan Akbar dirinya dibully di dalam kelas saat jam istirahat belajar mengajar.

Ketika itu, Akbar dipaksa untuk main boxing atau tinju namun menolaknya, yang akhirnya satu temannya meninjunya beberapa kali mengenai perut namun Akbar tidak melawan.

“Kejadiannya di dalam kelas ketika jam istirahat, yang mukulin satu orang, Akbar dipaksa untuk main tinju. Namun menolaknya, yang akhirnya dipukul hingga mengenai perutnya dan Akbar tetap tidak melawannya,” ujarnya.

Dikatakan Rozak, Akbar saat ini sedang menjalani operasi usus di RSKM Cilegon, karena pernyataan dari dokter bahwa parut bagian kanan Akbar, mengalami pembekakan yang harus segera dilakukan operasi.

“Kalau kata dokter kondisi ususnya sudah parah, karena mengalami pembekakan yang diharuskan dilakukan operasi,” ucapnya.

Rozak berharap, pihak sekolah harus bertanggung jawab untuk dapat menyelesaikan permasalah itu, karena aksi bullying berujung kekerasan berlangsung di lingkungan sekolah.

Dengan begitu, kata Rozak, kejadian serupa yang menimpa Akbar ini tidak lagi terjadi di lingkungan sekolah manapun.

“Paling tidak pihak sekolah harus memediasi orangtua korban dan orangtua pelaku, harus ada upaya penyelesaian untuk pemulihan korban, baik secara fisik maupun psikis. Aksi bullying dan kekerasan ini harus ditiadakan, dan pihak sekolah harus melakukan antisipasi dan pencegahan, jangan terkesan mewajarkan,” tuturnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Bidang SD pada Dindikbud Kabupaten Serang Janjusi mengatakan, adanya dugaan kasus bullying berujung kekerasan pada siswa, yang terjadi di SDN Pematang Warung, Kecamatan Cinangka, akan ditindaklanjuti.

Oleh karena itu, pihaknya terlebih dahulu harus mendalami informasi yang masuk, agar tidak salah dalam menentukan keputusan.

“Masih kita telusuri, karena kita harus mengetahui dulu kondisinya seperti apa, kejadiannya bagaimana, supaya tidak salah dalam menentukan keputusan. Namun, yang pasti adanya kejadian ini akan kita tindaklanjuti,” katanya.

Disinggung soal bagaimana cara mengantisipasi aksi bullying di sekolah, Janjusi mengaku, sudah beberapa melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah.

“Kita sering berikan sosialisasi ke sekolah, baik langsung ke kepala sekolahnya maupun guru nya, hanya saja memang sering kali kondisi di sekolah diluar kontrol,” ujarnya. (*)

Reporter : Agung Gumelar

Pos terkait